Senin, 15 November 2010

Pemilik Brand Juga Manusia


Brand owner : Saya mau bikin iklan TV untuk produk saya. Targetnya A dan B plus, pekerja kantoran di kota besar, aktif, manager ambisisus bla..bla..bla…

Konsultan komunikasi: Karakternya bisa dibilang ‘kita-kita’ ya pak?
Brand owner: Ya..ya…tepat sekali. Kita kita lah!

Konsultan komunikasi: Bapak semalem nonton TV? Inget nonton iklan apa?
Brand owner: Nonton TV? mana sempat lah! Pulang aja malem, sampai rumah udah capek. Iklan…apa ya? saya nggak inget!
Konsultan komunikasi: Kalau bapak saja jarang nonton TV, bukankah itu juga mengindikasikan bahwa target audience juga berperilaku sama? Lalu bikin iklan TV untuk dikonsumsi siapa?
****

Brand owner: Saya suka sih konsep iklan ini, tapi saya ngga yakin konsumen nangkap maksudnya…

Konsultan komunikasi: Ibu nangkap maksud komunikasi ini ngga?
Brand owner: Saya sih nangkap…tapi konsumen?
Konsultan komunikasi: Ibu kan juga konsumen…
***
Brand owner: Saya mau iklan TV saya yang 5 second di looping (putar berulang-ulang) 3 kali biar konsumen inget iklan saya.

Konsultan komunikasi: Memang konsumen jadi inget pak, tapi kalo sering lama lama jadi annoying…
Brand owner: Ya..ga pa pa lah…yang penting mereka aware sama produk saya.
Konsultan komunikasi: Bapak senang ngga diganggu?
Brand owner: Orang mana yang suka diganggu?
Konsultan komunikasi: Kalau kita tidak mau diganggu, mengapa mengganggu orang lain?
****
Konsultan komunikasi: Untuk hal hal yang sifatnya informasi penting/disclaimer sebaiknya di state secara jelas di komunikasinya, jangan sampai konsumen merasa ‘wah…saya ngga tahu kalau ada informasi ini/saya tidak tahu resiko ini’
Brand owner: Kalau jelas semuanya, ntar ngga laku dong promo saya. Udah…pakai saja ‘asterix’ kecil gitu di pojok bawah.
Konsultan komunikasi: Okey…kalau di iklan TV?
Brand owner: Ya pakai saja tulisan yang muncul selama 2 detik gitu…
Konsultan komunikasi: Kita bisa baca tulisan apa dalam dua detik?
Brand owner: Ya..yang penting kan ada dulu, biar ntar kalo kita dituntut, paling ngga kita punya bukti bahwa kita sudah mencantumkan ‘peringatan’.
****
Ketika sedang menjadi pemilik atau pengelola brand, seringkali kita lupa bahwa kita juga konsumen yang setiap hari disibukkan dengan berbagai urusan kehidupan.
Ketika sedang menjadi pemilik atau pengelola brand, seringkali kita lupa bahwa kita juga konsumen yang tidak suka diganggu,dijejali pesan yang ‘ngga penting’, di under estimate, di bodoh-bodohi, menerima informasi yang sengaja dibuat tidak transparant atau segala bentuk komunikasi lain yang tidak menganggap lawan komunikasi sebagai mahluk respectful.

Untuk sukses berkomunikasi dengan konsumen, lepaskanlah sesaat ‘mahkota’ marketing director, marketing analist, brand manager, Account Director, Creative Director atau apa pun itu. Karena somehow keberadaan ‘mahkota – mahkota’ itu lah yang membuat kita lupa bahwa kita juga konsumen. Akibatnya, tanpa sadar kita menjadi over analis, kehilangan sensitifitas manusia biasa, kehilangan empathy yang ujung ujungnya malah membuat brand kita kehilangan simpati.
Selamat bekerja, semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin.

Sumber : Virtual Consulting-oleh : Iim Fahima Jachja
Foto : fotounik.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar